Dewasa ini, seiring meningkatnya usia harapan hidup, terjadi pula pergeseran pola penyakit. Jika dulu penyakit yang mendominasi adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit, bakteri, maupun virus, maka saat ini yang menjadi dominasi adalah penyakit generatif, maupun keganasan. Meskipun juga penyakit infeksi masih tetap merupakan masalah kesehatan saat ini.
Wanita adalah makhluk Tuhan yang lembut dan harus dilindungi, ia menyumbang 2/3 populasi manusia di Bumi. Maka, penting bagi kita untuk mengenal penyakit yang bisa menyerangnya, terutama penyakit keganasan. Penyakit keganasan pada wanita yang terbanyak adalah kanker payudara, lalu kanker leher rahim. Naumn, sebagai penyebab kematian tertinggi, disebabkan oleh kanker leher rahim.
Sedangkan di bidang kandungan, keganasan yang paling mematikan adalah kanker ovarium dan merupakan penyebab kematian 125.000 wanita di dunia dari 204.000 yang terdiagnosis. Pada tahun 2007 di Amerika dari 22.430 kasus, 15.280 di antaranya meninggal dunia dan insiden dari kanker ovarium cenderung mengalami peningkatan dalam dua dekade terakhir ini.
Kanker ovarium adalah kanker yang berkembang dari organ ovarium pada wanita, sekitar 90% kanker ovarium berasal dari lapisan epitel yang secara normal melapisi ovarium, sisanya berasal dari sel granulosa, sel induk (germ cell tumours) yang banyak menyerang wanita muda, sarcoma, dan limfoma. Oleh karena sifat epitel ovarium yang multipotensial sehingga dapat berdiferensiasi menjadi banyak tipe, tumor ovarium diklasifikasikan secara histopatologi menjadi tumor serous, mucinous, endometrioid, clear cell, brener, unifferentiated. Penting ditentukan apakah tumor tersebut jinak, borderline, dan ganas. WHO juga telah membuat klasifikasi kanker ovarium dan telah digunakan secara luas.
Faktor Risiko
Dalam mengenali penyakit ini penting bagi untuk diketahui apa saja faktor risiko yang dapat menginduksi terjadinya penyakit ini, antara lain sebagai berikut :
1. Faktor Reproduksi
Adanya riwayat reproduksi yang buruk terdahulu, memiliki anak yang sedikit (kurang dari 3), infertilitas, wanita lajang, menopause yang terlambat serta usia menarche (mens pertama kali) yang terlalu muda merupakan faktor risiko. Sedangkan ada faktor lain yang dapat mempengaruhi risiko kanker ovarium adalah menyusui, namun belum diketahui secara pasti hubungan antara berapa lama menyusui dengan penurunan risiko.
2. Faktor Hormonal
Penggunaan hormon eksogen pada pengobatan yang berhubungan dengan menopause dapat meningkatkan risiko kanker ovarium, peningkatan berat badan juga berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit ini.
3. Faktor Genetik
Pada umumnya kanker ovarium bersifat sporadis, namun faktor keturunan menyumbang angka 5-10%, sehingga riwayat keluarga merupakan faktor penting dalam menentukan apakah seorang wanita memiliki risiko terkena kanker ovarium.
4. Faktor Lingkungan
Ras Kaukasian di negara-negara industri memiliki rata-rata tertinggi terkena penyakit ini. Pola diet ala western atau barat yang kaya daging dan sedikit sayuran telah diteliti meningkatkan insiden penyakit. Konsumsi tembakau juga meningkatkan risiko terutama jenis tumor mucinous. Sedangkan sayur-sayuran mempunyai efek menguntungkan menurunkan insiden kanker ovarium.
Gejala dan Keluhan
Setelah mengetahui faktor risiko, perlu dikenali gejala dan keluhan penyakit ini. Gejala yang dirasakan pasien pada penyakit ini pada umumnya tidak khas. Yang paling sering adalah keluhan perasaan berat dan tidak nyaman pada perut bagian bawah disertai nyeri, keluhan ini makin memberat seiring dengan perkembangan penyakit. Keluhan yang lain adalah sering kencing dan sulit buang air besar, keluhan ini timbul jika massa tumor menekan saluran kencing dan pencernaan.
Pada pemeriksaan fisik (perut dan kandungan) seringkali ditemukan massa di dalam panggul dengan bermacam-macam variasi keakuratan pemeriksaan fisik sekitar 70,2% dan dipengaruhi banyak hal seperti kerjasama penderita, indek masa tubuh penderita, dan lain-lain, sehingga diperlukan pemeriksaan tambahan untuk menegakkannya, dalam hal ini USG dan penanda tumior (CA 125). USG, terumata USG transvaginal lebih baik daripada trans abdominal karena memberikan resolusi yang lebih tajam, namun gambaran yang dihasilkan terbatas dan tidak dapat digunakan pada pasien yang masih virgin.
Kombinasi semuanya dari anamnesis, pemeriksaan USG, dan penanda tumor menghasilkan pemeriksaan yang lebih akurat yang dinamakan Risk of Malignancy Index (RMI), dengan sensitivitas 87% dan spesifitas 97% sehingga RMI direkomendasikan untuk memprediksi keganasan ovarium prabedah. Hal ini sangat diperlukan karena penatalaksanaan tumor jinak ovarium dan tumor ganas berbeda.
Selanjutnya, perihal penatalaksanaannya. Pembedahan memegang peranan penting dalam penatalaksanaan penyakit ini terutama berkaitan dengan penentuan diagnosis (diagnosis durante operasi) melalui pemeriksaan frozen section (FZ), perluasan penyakit (stadium)/surgical staging, dan tentunya penangkatan tumor sendiri.
Semua penjelasan di atas adalah penting. Namun yang terpenting dalam usaha memerangi penyakit ini adalah pencegahan (primer) dari penyakit ini. Karena, pencegahan tidak memerlukan biaya yang besar dan relatif mudah dibandingkan dengan mengobati (sekunder).
Pencegahan yang dapat dilakukan adalah meminimalkan faktor risiko yang ada, membiasakan diri dengan pola hidup sehat, diet sehat, melakukan pemeriksaan fisik atau kunjungan ke dokter setiap tahun, dan prevensi dengan obat-obatan seperti kontrasepsi oral dapat menurunkan risiko penyakit ini. Namun, risiko kaknker payudara meningkat sehingga diperlukan konseling dalam hal ini, bedah profilaksis (pencegahan) dengan mengangkat kedua ovarium efektif untuk wanita yang memiliki risiko tinggi dan dilakukan di atas usia 35 tahun.
0 komentar: on "Mengenal Kanker Ovarium Deteksi Dini dan Pencegahannya"
Posting Komentar