Minggu, 04 April 2010

Stonehenge


Stonehenge merupakan suatu bangunan yang dibangun pada zaman Perunggu, dan Neolitikum. Ia terletak berdekatan dengan Amesbury di Wiltshire, Inggris, sekitar 13 kilometer (8 batu) barat laut Salisbury. Stonehenge mencakup bangunan tambak tanah yang mengelilingi batu besar berdiri tegak dalam bulatan, yang dikenal sebagai megalitikum. Terdapat pertikaian mengenai usia sebenarnya lingkaran batu itu, tetapi kebanyakan arkeolog memperkirakan bahwa sebagian besar bangunan Stonehenge dibuat antara 2500 SM sampai 2000 SM. Bundaran tambak tanah dan parit membentuk fase pembanguan monumen Stonehenge yang lebih awal yang berasal dari waktu sekitar 3100 SM.

Pada awal abad ke-20, kebanyakan dari batu-batu itu tidak lagi tegak berdiri. Hal ini kemungkinan disebabkan karena banyaknya wisatawan yang menaiki Stonehenge pada sekitar abad ke-19 karena keingin tahuan mereka yang besar. Semenjak itu, telah dilakukan tiga tahap renovasi untuk menegakkan kembali batu yang miring atau terbalik, dan untuk mengembalikan batu-batu tersebut ke tempat semula dengan teliti. Secara tidak langsung, ini berarti bentuk Stonehenge tidak lagi asli seperti asalnya seperti yang disebutkan dalam promosi pariwisata. Sebaliknya, sebagaimana peninggalan sejarah yang lain, tahap-tahap renovasi telah dilakukan.

Stonehenge merupakan nama yang diberikan kepada tugu peringatan yang dikenal sebagai henge yang terdiri dari kurungan atau lingkaran tambak dengan parit di dalam. Sebagaimana yang sering terjadi dalam istilah arkeologi ini merupakan istilah warisan dari penguasa zaman kuno dan sepatutnya Stonehenge tidak boleh dikelompokkan sebagai henge sebenarnya, disebabkan tambaknya berada di bagian sebelah dalam parit. Walaupun seusia dengan henges zaman Neolithikum yang menyerupai Stonehenge, Stonehenge mungkin memiliki keterkaitan dengan bulatan batu lain yang terdapat di British Isle seperti Cincin Brodgar namun ukuran trilitonnya sebagai contoh menjadikannya unik. Tempat ini dimasukkan dalam daftar Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1986.


Prasejarah

Kompleks Stonehenge dibangun dalam beberapa fase pembangunan selama 2.000 tahun dan sepanjang kurun waktu itu aktivitas terus berjalan. Hal tersebut dibuktikan dengan ditemukannya sesosok mayat seorang Saxon yang dipancung dan dikebumikan di tugu peringatan tersebut, dan kemungkinan mayat tersebut berasal dari abad ke-7 M.

Stonehenge I

Monumen pertama terdiri dari kurungan tebing bulat dan parit berukuran 115 meter (320 kaki) diameter dan dengan satu pintu masuk di bagian timur laut. Fase ini adalah sekitar 3100 SM. Di bagian luar kawasan kurungan terdapat 59 lubang, dikenal sebagai lubang Aubrey untuk memperingati John Aubrey, arkeolog abad ketujuh belas yang merupakan orang pertama yang mengenal lubang-lubang tersebut. Dua puluh lima dari lubang Aubrey diketahui mempunyai pemakaman abu bertanggal dua abad sesudah pembangunan Stonehenge. Tiga puluh abu mayat diletakkan di dalam parit kawasan kurungan dan bagian lain dalam kawasan Stonehenge. Tembikar Neolitikum Akhir telah ditemukan bersama-sama ini memberikan bukti tanggal. Sebuah batu tunggal monolit besar yang tidak dilicinkan dikenal sebagai 'Batu Tumit' (Heel Stone) terletak di luar pintu masuk.


Stonehenge II

Bukti fase kedua tidak lagi kelihatan. Bagaimanapun bukti dari beberapa lubang tiang dari waktu masa ini membuktikan terdapatnya beberapa bangunan kayu yang dibangun dalam kawasan lingkaran sekitar awal millennium ketiga SM. Beberapa kesan papan yang didapati diletakkan pada pintu masuk. Fase ini sama dengan tempat Woodhenge yang terletak berdekatan.


Stonehenge IIIa

Ekskavasi arkeologi menunjukkan bahwa sekitar 2600 SM, dua lengkungan bulan sabit dibuat dari lubang (dikenal sebagai lubang Q dan R) yang digali di tengah-tengan lokasi. Lubang tersebut mengandung 80 batu biru tegak yang dibawa dari bukit Preseli, 250 batu di Wales. Batu-batu tersebut dibentuk menjadi tiang dengan teliti, kebanyakan terdiri dari batu jenis dolerite bertanda tetapi turut termasuk contoh batu rhyolite, tufa gunung berapi, dan myolite dan seberat 4 ton.

Pintu masuk dilebarkan pada masa ini menjadikannya selaras dengan arah matahari naik pertengahan musim panas dan matahari terbenam pertengahan musim sejuk masa tersebut. Monumen tersebut ditinggalkan tanpa disiapkan, sementara batu biru kelihatannya dipindah dan lubang Q dan R ditutup. Ini kemungkinan dilakukan pada masa fase Stonehenge IIIb. Monumen ini kelihatannya melebihi tempat di Avebury dari segi kepentingannya pada akhir masa ini dan Amesbury Archer, dijumpai pada tahun 2002 tiga batu ke selatan, membayangkan bagaimana Stonehenge kelihatan pada masa ini. Stonehenge IIIa dikatakan dibangun oleh orang Beaker.


Stonehenge IIIb

Pada aktivitas fase berikutnya pada akhir millennium ketiga 74 SM mendapati batu Sarsen yang besar dibawa dari kueri 20 batu di utara di lokasi Marlborough Downs. Batu-batu tersebut dikemaskan dan dibentuk dengan sambungan pasak dan ruas sebelum 30 didirikan membentuk bulatan tiang batu berukuran 30 meter diameter dengan 29 atap batu (lintel) di atas. Setiap bongkah batu seberat 25 ton dan jelas dibentuk dengan tujuan mengagumkan jika siap.

Batu orthostat lebar sedikit di bagian atas agar memberikan gambaran ia kelihatan lurus dari bawah ke atas sementara batu alang melengkung sedikit untuk menyambung gambaran bundar monumen lebih awal.

Di dalam bulatan ini terletak lima trilithon batu sarsen diproses dan disusun dalam bentuk ladam. Batu besar ini, sepuluh menegak dan lima batu alang, dengan berat sehingga 50 tan setiap satu yang disambungkan dengan sambungan rumit. Ukiran pisau belati dan kepala kapak terdapat di sarsen. Dalam masa ini, jalan sepanjang 500 meter dibangun, menuju ke arah timur laut dari pintu masuk dan mengandung dua pasang tambak selaras yang berparit di tengahnya. Akhir sekali dua batu portal besar dipasangkan di pintu masuk yang kini hanya tinggal satu, Batu Penyembelihan (Slaughter Stone) 4,9 meter (16 kaki) panjang. Fase yang bercita-cita tinggi ini dipercayai hasil kerja kebudayaan Wessex Zaman Perunggu awal, sekitar 2000 SM.


Stonehenge IIIc

Selepasnya pada Zaman Perunggu, batu biru kelihatannya telah ditegakkan semula, dalam bulatan antara dua tiang sarsen dan juga dalam bentuk ladam ditengah, mengikuti tata rajah layout sarsen. Walaupun ia kelihatannya satu fasa kerja yang menakjubkan, pembinaan Stonehenge IIIc dibina kurang teliti berbanding Stonehenge IIIb, batu biru yang ditegakkan kelihatannya mempunyai pondasi yang tidak kokoh dan mulai tumbang. Salah satu dari batu yang tumbang telah diberi nama yang kurang tepat sebagai Batu Penyembahan (Altar Stone). Dua bulatan lubang juga digali di luar bulatan batu yang dikenal sebagai lubang Y dan Z. Lubang-lubang ini tidak pernah diisi dengan batu dan pembangunan lokasi peringatan ini kelihatannya terbiarkan sekitar 1500 SM.


Stonehenge IV

Sekitar 1100 SM, jalan raya (Avenue) disambung sejauh lebih dari dua batu sampai ke Sungai Avon walaupun tidak jelas siapakah yang terlibat dalam kerja pembangunan tambahan ini.


Teori mengenai Stonehenge

Usaha serius pertama untuk memahami monumen ini dilakukan sekitar 1740 oleh William Stukeley. Sebagaimana kecenderungannya, Stukeley siap menyatakan bahwa lokasi ini dibangun oleh Druid, tetapi sumbangannya yang paling penting adalah mengambil gambaran yang diukur mengenai lokasi Stonehenge yang membenarkan analisis yang lebih tepat tentang bentuk dan kepentingannya. Dari hasil kerja ini dia dapat menunjukkan bahwa henge dan batunya disusun dalam bentuk tertentu yang mempunyai kepentingan astronomi.

Aturan bagaimana batu biru diangkut dari Wales telah banyak didiskusikan dan berdasarkan pemikiran, batu itu mungkin merupakan sebagian dari batu awal di Pembrokeshire dan dibawa ke Dataran Salisbury (Salisbury Plain). Banyak arkeolog percaya bahwa Stonehenge merupakan percobaan mengekalkan dalam bentuk batu, bangunan papan yang bertaburan di Dataran Salisbury seperti Tembok Durrington.

Monumen ini diselaraskan timur laut-barat daya dan sering dicadangkan bahwa keutamaan diletakkan oleh pembangunnya pada titik balik matahari dan equinox agar sebagai contohnya, pada pertengahan pagi musim panas, matahari muncul tepat di puncak batu tumit (heel stone), dan cahaya pertama matahari pergi terus ke tengah Stonehenge antara dua susunan batu berbentuk ladam. Tidak mungkin aturan itu terjadi secara kebetulan. Matahari timbul pada arah berlainan pada permukaan geografi tempat berlainan. Untuk penyelarasan itu tepat, ia mesti diperkirakan tepat untuk garis lintang Stonehenge pada 51° 11'. Penyelarasan ini, tentunya dasar bagi reka dan bentuk dan tempat bagi Stonehenge. Alexander Thom berpendapat bahawa lokasi tersebut diatur menurut ukuran yar megalitikum.

Disebabkan ini, sebagian pendapat mendakwa bahwa Stonehenge melambangkan tempat observatorium kuno, walaupun berapa jauh penggunaan Stonehenge untuk tujuan tersebut dipertentangkan. Sebagian pendapat pula mengemukakan teori bahwa ia melambangkan palus besar[1], komputer atau juga lokasi pendaratan makhluk asing.

Banyak perkiraan mengenai pencapaian mesin diperlukan untuk membangun Stonehenge. Mengandaikan bahwa batu biru ini dibawa dari Wales dengan tenaga manusia dan bukannya oleh gletser sebagaimana didakwa oleh Aubrey Burl, pelbagai aturan untuk memindahkan mereka dengan menggunakan tali dan kayu telah dicadangkan. Dalam satu latihan arkeologi percobaan pada 2001, suatu percobaan untuk mengalihkan satu batu besar sepanjang jalan darat dan laut yang mungkin dari Wales ke Stonehenge. Sukarelawan menariknya di atas luncur (sledge ) kayu di daratan tetapi jika dipindahkan ke replika bot prasejarah, batu tersebut tenggelam di laut bergelora di Selat Bristol.

Ia telah dijangkakan bahwa kayu balak frame A ditegakkan untuk menegakkan batu dan dan satu pasukan kemudian menegakkannya dengan menggunakan tali. Batu alang mungkin diangkat secara berangsur-angsur dengan menggunakan bangku panjang kayu dan diluncurkan ke tempat sekarang. Sambungan menyerupai hasil kerja kayu membayangkan mereka mahir dengan kerja kayu dan mereka mudah mendapatkan pengetahuan untuk mendirikan monumen dengan menggunakan aturan seumpamanya.

Ukiran senjata pada sarsen adalah unik pada seni megalitikum di Kepulauan Britania (British Isles) di mana desain lebih abstrak lebih digemari, begitu juga dengan aturan batu berbentuk ladam kuda adalah luar biasa bagi kebudayaan yang selalunya mengatur batu dalam bentuk bundar. Motif sebegitu bagaimanapun biasa bagi penduduk Britania pada masa itu dan telah dicadangkan bahwa dua fase Stonehenge telah dibangun di bawah pengaruh tanah besar continental influence. Ini dapat menjelaskan pada satu tahap, tentang reka dan bentuk monumen, tetapi pada keseluruhannya, Stonehenge masih tidak dapat dijelaskan luar biasa dari sembarang konteks kebudayaan Eropa prasejarah.

Perkiraan mengenai tenaga manusia yang diperlukan untuk membangun pelbagai fase Stonehenge meletakkan jumlah keseluruhan yang terlibat atas berjuta jam manusia bekerja. Stonehenge I kemungkinan memerlukan sekitar 11.000 jam manusia, Stonehenge II sekitar 360.000 dan pelbagai bagian bagi Stonehenge III mungkin melibatkan sehingga 1.75 juta jam manusia. Membentuk batu-batu ini diperkirakan memerlukan 20 juta jam manusia menggunakan perkakas primitif yang terdapat pada masa itu. Pastinya ketetapan hati untuk menghasilkan monumen sedemikian amat kuat dan bolehlah dianggap organisasi kemasyarakatan yang maju diperlukan untuk membangun dan melestarikannya.


Sejarah Baru

Stonehenge tetap menjadi tempat mengunjung bagi Neo-druid dan kepercayaan pagan baru atau neo-pagan, dan merupakan lokasi festival musik gratis yang diadakan di antara tahun 1972 sampai 1984. Bagaimanapun, pada tahun 1985 festival tersebut dilarang oleh pemerintah Inggris. Disebabkan ini, terjadi persengketaan ganas antara polisi dengan pelancong abad baru yang dikenal sebagai Pertempuran Beanfield.

Pada tahun-tahun terkini, kedudukan henge di Dataran Salisbury telah terpengaruh oleh jalan A303 berdekatan antara Amesbury dan Winterbourne Stoke, dan A344. Pada masa lalu beberapa proyek, termasuk terowongan gali-dan-tutup telah dicadangkan untuk tapak tersebut, dan English Heritage dan National Trust telah lama berjuang untuk memindahkan jalan dari lokasi tersebut. Pada awal 2003 Departemen Perhubungan mengumumkan beberapa perluasan jalan utama, termasuk A303. Pada 5 Juni Highway Agency menerbitkan draft singkat pelan untuk lencungan jalan 13 kilometer (8 batu) di Stonehenge, termasuk terowongan sepanjang 2 kilometer meletakkan A303 di bawah jalan sekarang. Pada 4 September 2003 Highway Agency mengumumkan diskusi terbuka, dibuka pada 17 September yang akan menimbangkan samaada pelan ini mencukupi untuk tempat itu. Banyak organisasi mencadangkan terowongan yang lebih panjang, yang akan melindungi kawasan arkeologi dan desa sekeliling yang lebih luas. Pelan untuk tempat tersebut termasuk pusat warisan baru, yang akan dibuka pada 2006. Pada 2008, skema jalan baru akan siap dan jalan lama akan ditutup.


Mitos Dan Legenda

Batu Tumit (The Heel Stone) pada suatu masa dikenal sebagai Friar's Heel. Cerita rakyat, yang tidak dapat dipastikan asalnya lebih awal dari abad ke tujuh belas, menceritakan asal nama batu ini.

Seekor jembalang telah membawa batu ini dari wanita di Irlandia, membalutnya, dan membawanya ke dataran Salisbury. Salah satu dari batu tersebut jatuh ke dalam Sungai Avon, bakinya dibawa ke dataran. Jembalang tersebut kemudian menjerit, "Tak seorang pun akan tahu bagaimana batu ini di bawa ke sini." Seorang pendeta menjawab, "Itu yang kaupikirkan!" Dengan itu jembalang tersebut melontarkan batu kepadanya dan mengenai tumitnya. Batu tersebut tersebut melekat di tanah dan tetap di situ.

Sebagian pendapat mengklaim Tumit Friar ("Friar's Heel") adalah perubahan nama "Freya's He-ol" atau "Freya Sul", dari nama Dewa Jerman Freya dan (didakwa) perkataan Welsh bagi "laluan" dan "hari matahari" menurut turutan.

Stonehenge dikaitkan dengan legenda Raja Arthur. Geoffrey dari Monmouth berkata bahwa tukang sihir Merlin telah mengurus pemindahan Stonehenge dari Irlandia, di mana ia telah dibangun di Gunung Killaraus oleh raksasa yang membawa batu-batu tersebut dari Afrika. Selepas ia didirikan kembali berdekatan Amesbury, Geoffrey menceritakan dengan lebih lanjut bagaimana Uther Pendragon, kemudian Konstantinus III, dikebumikan di dalam bulatan batu tersebut. Dalam karangannya Historia Regum Britanniae, Geoffrey mencampurkan legenda Inggris dan khayalannya pada banyak tempat; menarik bahwa dia mengaitkan Ambrosius Aurelianus dengan monumen prasejarah ini, melihatkan bagaimana terdapat bukti nama yang sama antara Ambrosius dengan Amesbury yang berdekatan.


Replika

Terdapat replika Stonehenge ukuran penuh sebelum runtuh di Maryhill di Washington, dibangun oleh Sam Hill sebagai peringatan perang. Malah ia selari dengan matahari terbit pada pertengahan musim panas, tetapi tepat kepada kedudukan matahari sebenarnya di kaki langit maya, dan bukannya kepada kedudukan matahari di kaki langit sebenarnya.

Replika Stonehenge terkenal yang lain keluar dalam film This is Spinal Tap.

Lingkaran mobil (car-henge) telah dibangun sepenuhnya menggunakan mobil di Alliance, Nebraska oleh artis Jim Reynolds pada 2000.

read more...

SpeedFan 4.33

Unik dan hebat!!

Itulah salah satu kelebihan dari program yg saya ingin bagikan ke kaliand2 semua ini. Program ini dapat mengkontrol kecepatan kipas yag terdapat di dalam cpu komputer ato pun laptop. Selain itu juga program ini juga dapat mengatur temperatur suhu di dalam komputer lho...!!! Hmmm.,, seru ‘kan??

SpeedFan namanya!!! SpeedFan adalah sebuah program ato software gratis yang memantau kecepatan kipas dan temepatur2 di dalam komputer. Kita bisa mengaturnya sendiri, misalnya kita ingin mengatur kecepatan kipas cpu ato temperaturnya.

Tidak hanya ito loch kelebihan SpeedFan. SpeedFan bisa juga mengakses data dan temperatur2 daripada S.M.A.R.T. HD (jika memungkinkan)!!

Utk mendapat program ini, klik disini untuk mendowloadnyua!!! Thx yaw.. heheh..!!!

read more...

Pulau Paskah

(Bahasa Polinesia: Rapa Nui, Bahasa Spanyol: Isla de Pascua) adalah sebuah pulau milik Chili yang terletak di selatan Samudra Pasifik. Walaupun jaraknya 3.515 km sebelah barat Chili Daratan, secara administratif ia termasuk dalam Provinsi Valparaiso. Pulau Paskah berbentuk seperti segitiga. Daratan terdekat yang berpenghuni ialah Pulau Pitcairn yang jaraknya 2.075 km sebelah barat. Luas Pulau Paskah sebesar 163,6 km². Menurut sensus 2002, populasinya berjumlah 3.791 jiwa yang mayoritasnya menetap di ibukota Hanga Roa. Pulau ini terkenal dengan banyaknya patung-patung (moai), patung berusia 400 tahun yang dipahat dari batu yang kini terletak di sepanjang garis pantai.

Ahli navigasi asal Belanda Jakob Roggeveen menemukan Pulau Paskah pada Hari Paskah tahun 1722. Perlu diketahui bahwa nama "Rapa Nui" bukan nama asli Pulau Paskah yang diberikan oleh suku Rapanui. Nama itu diciptakan oleh para imigran pekerja dari suku asli Rapa di Kepulauan Bass yang menyamakannya dengan kampung halamannya. Nama yang diberikan suku Rapanui bagi pulau ini adalah Te pito o te henua ("Puser Dunia") karena keterpencilannya, namun sebutan ini juga diambil dari lokasi lain, mungkin dari sebuah bangunan di Marquesas.

Patung-patung besar dari batu, atau moai, yang menjadi simbol Pulau Paskah dipahat pada masa yang lebih dahulu dari yang diperkirakan. Arkeologis kini memperkirakan pemahatan tersebut berlangsung antara 1600 dan 1730, patung yang terakhir dipahat ketika Jakob Roggeveen menemukan pulau ini. Terdapat lebih dari 600 patung batu monolitis besar (moai). Walaupun bagian yang sering terlihat hanyalah "kepala", moai sebenarnya mempunyai batang tubuh yang lengkap; namun banyak moai yang telah tertimbun hingga lehernya. Kebanyakan dipahat dari batu di Rano Raraku. Tambang di sana sepertinya telah ditinggalkan dengan tiba-tiba, dengan patung-patung setengah jadi yang ditinggalkan di batu. Teori populer menyatakan bahwa moai tersebut dipahat oleh penduduk Polinesia (Rapanui) pada saat pulau ini kebanyakan berupa pepohonan dan sumber alam masih banyak yang menopang populasi 10.000-15.000 penduduk asli Rapanui. Mayoritas moai masih berdiri tegak ketika Roggeveen datang pada 1722. Kapten James Cook juga melihat banyak moai yang berdiri ketika dia mendarat di pulau pada 1774. Hingga abad ke-19, seluruh patung telah tumbang akibat peperangan internecine.

read more...


BAB I

PENDAHULUAN


Museum Bali adalah salah satu museum di Bali yang menyimpan peningggalan masa lampau manusia dan etnografi. Museum Bali terletak di pusat kota Denpasar, di sebelah timur Lapangan Puputan Badung. Museum Bali dibangun pada tahun 1910 dan menggunakan arsitektur tradisional dengan ornamen khas Bali. Bentuk bangunannya memanjang dari utara ke selatan yang terbagi menjadi dua bagian. Di komplek bangunan baru ini terdapat gedung perpustakaan, gedung pameran sementara, dan kerkyangan. Seluruh komplek bangunan baru berfungsi untuk administrasi dan penyelenggaraan pameran sementara atau pameran berkala yang diselenggarakan oleh Museum Bali sendiri atau instansi tertentu lainnya. Pementasan atau pertunjukan kesenian juga dilakukan di komplek bangunan baru di bagian selatan.

Struktur fisik bangunan-bangunan di Museum Bali ini mengikuti struktur fisik bangunan Kraton (Puri) atau tempat pemujaan (Kahyangan, Pura Merajan) berdasarkan konsep Tri Mandala. Di pojok depan sebelah kanan di bagian tengah terdapat sebuah bangunan yang disebut Bale Bengong. Dipojok depan di sebelah kiri terdapat sebuah bangunan yang disebut Bale Kulkul. Di bagian inti (Jeroan) terdapat bangunan yang terdiri dari tiga gedung, yaitu Gedung Tabanan di sebelah utara, Gedung Karangasem di sebelah tengah-tengah, dan Gedung Buleleng di sebelah selatan. Fungsi dari ketiga gedung ini adalah untuk penyelenggararan pameran tetap.

Gedung Tabanan digunakan sebagai tampat pameran koleksi barang-barang kesenian dan etnografi. Gedung Karangasem digunakan sebagai pameran benda-benda prasejarah, arkeologi sejarah, etnografi, dan seni rupa serta beberapa lukisan morder. Sedangkan untuk Gedung Buleleng digunakan sebagai tempat pameran koleksi alat-alat perlengkapan rumah tangga, alat-alat kerajinan, alat-alat pertanian dan nelayan, alat-alat hiburan, patung-patung gaya sedehana dan primitif yang terbuat dari tanah liat, batu dan lain sebagainya.

Tujuan didirikannya Museum Bali adalah untuk menampung, menyimpan, melestarikan benda-benda budaya masa lampau agar dapat memberikan suluh bagi generasi sekarang dan mendatang. Jumlah koleksi Museum Bali yang telah tercatat dan masuk registerasi sebanyak 10.506 buah, termasuk naskah-naskah dan salinan lontar. Semua jenis koleksi didapatkan melalui membeli dari orang-orang di masyarakat, toko-toko kesenian hadiah-hadiah, dan titipan. Beberapa kelompok koleksi yang sedang diinventarisasikan diantaranya koleksi stupa dengan materainya yang berjumlah ratusan buah, 8,5 kg uang kepeng, keramik asing (Eropa dan Cina), dan porselin yang berasal dari Jepang, Cina, dan Siam.

Dari latar belakang tersebut di atas mengenai Museum Bali maka saya memilih Museum Bali sebagai objek kunjungan daripada kegiatan penelitian Antropologi/Sejarah saya mengenai peninggalan benda-benda sejarah purbakala dan berbagai kebudayaan masyarakat pada jaman dahulu.



BAB II

PEMBAHASAN ISI


Museum Bali terletak di pusat kota Denpasar, di sebelah timur Lapangan Puputan Badung. Museum Bali ini menggunakan arsitektur tradisional dengan ornamen khas Bali. Bentuk bangunannya memanjang dari utara ke selatan yang terbagi menjadi dua bagian. Di komplek bangunan baru ini terdapat gedung perpustakaan, gedung pameran sementara, dan kerkyangan. Seluruh komplek bangunan baru berfungsi untuk administrasi dan penyelenggaraan pameran sementara atau pameran berkala yang diselenggarakan oleh Museum Bali sendiri atau instansi tertentu lainnya. Pementasan atau pertunjukan kesenian juga dilakukan di komplek bangunan baru di bagian selatan.

Struktur fisik bangunan-bangunan di Museum Bali ini mengikuti struktur fisik bangunan Kraton (Puri) atau tempat pemujaan (Kahyangan, Pura Merajan) berdasarkan konsep Tri Mandala, antara lain yaitu Nista Mandala, yaitu Jaba Pisan (bagian luar), Madya Mandala, yaitu Jaba tengah (bagian luar sebelum memasuki bagian inti), dan Utama Mandala, yaitu Jeroan (bagian inti)

Di pojok depan sebelah kanan di bagian tengah terdapat sebuah bangunan yang disebut Bale Bengong. Dipojok depan di sebelah kiri terdapat sebuah bangunan yang disebut Bale Kulkul. Di bagian inti (Jeroan) terdapat bangunan yang terdiri dari tiga gedung, yaitu Gedung Tabanan di sebelah utara, Gedung Karangasem di sebelah tengah-tengah, dan Gedung Buleleng di sebelah selatan. Fungsi dari ketiga gedung ini adalah untuk penyelenggararan pameran tetap.

Gedung Tabanan digunakan sebagai tampat pameran koleksi barang-barang kesenian dan etnografi. Gedung Karangasem digunakan sebagai pameran benda-benda prasejarah, arkeologi sejarah, etnografi, dan seni rupa serta beberapa lukisan morder. Sedangkan untuk Gedung Buleleng digunakan sebagai tempat pameran koleksi alat-alat perlengkapan rumah tangga, alat-alat kerajinan, alat-alat pertanian dan nelayan, alat-alat hiburan, patung-patung gaya sedehana dan primitif yang terbuat dari tanah liat, batu dan lain sebagainya.

Tujuan didirikannya Museum Bali adalah untuk menampung, menyimpan, melestarikan benda-benda budaya masa lampau agar dapat memberikan suluh bagi generasi sekarang dan mendatang. Jumlah koleksi Museum Bali yang telah tercatat dan masuk registerasi sebanyak 10.506 buah, termasuk naskah-naskah dan salinan lontar. Semua jenis koleksi didapatkan melalui membeli dari orang-orang di masyarakat, toko-toko kesenian hadiah-hadiah, dan titipan. Beberapa kelompok koleksi yang sedang diinventarisasikan diantaranya koleksi stupa dengan materainya yang berjumlah ratusan buah, 8,5 kg uang kepeng, keramik asing (Eropa dan Cina), dan porselin yang berasal dari Jepang, Cina, dan Siam.


1. Gedung Tabanan

Gedung ini mencerminkan arsitektur Bali bagian selatan. Pada masa kerajaan, bangunan ini berfungsi sebagai tempat menyimpan pusaka. Benda budaya yang dipamerkan berupa peralatan seni tari dan tabuh tradisional. Peralatan tari antara lain Tari Sanghyang, Tari Barong, Wayang Wong. Sedangkan alat tabuh antara lain yaitu, suling, rebab, kempli, cengceng, rindik, dan lain-lain. Itulah sebagaian dari barang-barang di Gedung Tabanan.

Selain itu juga, terdapat pula macam-macam peralatan kesenian dan berbagai macam topeng di Gedung Tabanan sebagai berikut ini, yaitu :

1) Barong Landung (lanang-istri) adalah wujud raksasa mitologi berbadan tinggi, terbuat dari anyaman bambu, kain, bulu, dan kayu.

2) Tari Sanghyang (tari kesurupan atau istilah dalam Bahasa Bali “kerauhan”) adalah salah satu dari sekian banyak Tarian Wali (Tarian Sakral) yang disucikan pada waktu penerima dirasuki dewa-dewa/yang memasuki roh.


2. Gedung Karangasem

Gedung ini mencerminkan arsitektur berbentuk bale panjang yang pada masa kerajaan digunakan untuk raja menerima perdana Menteri atau tamu-tamu penting lainnya. Gedung ini memamerkan perlengkapan yang perhubungan dengan upacara Panca Yadnya (lima korban suci dalam Agama Hindu) meliputi Dewa Yadnya, Pitra Yadnya, Manusa Yadnya, Rsi Yadnya, dan Bhuta Yadnya.

Disamping itu juga dilengkapi dengan Pedewasan (sejenis kalender untuk memberi hari baik melaksanakan upacara). Adapun benda budaya yang dipamerkan antara lain yaitu, Pratima (patung perwujudan dewa dan dewi), Pralingga (binatang mitologi kendaraan dewa dan dewi), Prarai (gambar simbol wajah orang yang meninggal), Maket Ngaben, Maket upacara Potong Gigi, Kisa (keranjang untuk membawa ayam aduan dan taji), Tika, dan Palelindon (sejenis kalender).

Nama gedung ini diambil dari nama Kabupaten Karangasem Bali bagian timur yang telah membangun gedung ini (1925) untuk Museum Bali. Gedung ini menyerupai sebuah bentuk Bale Panangkilan (bale tempat menghadap raja) dengan gaya arsitektur Bali bagian timur dikombinasikan dengan bangunan pura dan disesuikan dengan kebutuhan museum.


a. Palelintangan

Sebuah kalender untuk mengetahui hari kelahiran dan pengaruh alam terhadap watak manusia. Kelender Palelintangan ini terdiri dari 35 hari perpaduan antara Sapta Wara (7 hari) Minggu–Sabtu berderet dari kanan ke kiri dengan Panca Wara (5 hari) Umanis–Kliwon berderet dari atas ke bawah. Masing-masing hari diberi gambar yang menunjukan sifat-sifat manusia yang lahir pada hari tersebut.


b. Lontar

Lontar adalah naskah yang ditulis di atas daun lontar yangn dipotong berukuran 20-40 cm memakai pisau runcing dan kemudian ditutup dengan warna hitam (Mangsi) untuk memperjelas huruf yang ditulis dengan huruf dan Bahasa Bali, pada umumnya memuat syair-syair cerita (Kekawin) Ramayana dan Mahabrata, hikayat raja-raja (Babad), peraturan-peraturan adat (Awig-Awig), dan sebagainya.


3. Gedung Buleleng

Gedung ini mencerminkan arsitektur Bali bagian utara dengan gaya khas Sendi Tugeh yang memakai hiasan patung singa bersayap (Singa Ambaraja). Gedung ini memamerkan perkembangan kain tradisional Bali berdasarkan proses pembuatannya dari yang sederhana sampai yang rumit sekalipun. Adapun jenis-jenis kain tersebut seperti, Kain Polos, Kain Poleng, Kain Endek, Kain Cepuk, Kain Gringsing, Kain Songket, dan Kain Perada.

Selain benda budaya berupa kain dilengkapi juga dengan peralatan tenun tradisional Bali yang disebut dengan “Cagcag” istilah Nasional adalah alat tenun bukan mesin (ATBM).


a. Kain Poleng

Salah satu kain yang berada di Gedung Buleleng yang merupakan kain yang terdiri dari warna hitam dan putih masing-masing berbentuk segi empat yang memiliki makna religius, yaitu hitam dan putih yang berarti simbol dari Rwa Bhineda yaitu kebaikan dan keburukan.

Kain ini umumnya digunakan sebagai saput pada tugu, patung penjaga (Bhuta Kala), tokoh-tokoh pewayangan seperti Hanoman dan Bima.


b. Kain Cepuk

Adalah kata yang dipakai pada waktu upacara Manusa Yadnya dan Dewa Yadnya khususnya oleh masyarakat di Pulau Nusa Penida dan Desa Tenganan. Kain tersebut dibuat dengan benang Bali dan warna-warna alam. Dibuat dengan teknik ikat tunggal.


c. Kain Songket

Kain songket adalah kain yang dibuat dengan teknik menyisipkan/mengkaitkan/mengungkitkan benang yang berwarna untuk dijadikan motif tertentu, umumnya motif flora. Kain ini biasanya dipakai oleh keluarga raja pada waktu upacara agama (Manusa Yadnya dan Dewa Yadnya). Ini merupakan kain dari pakaian adat khas Bali.


d. Kain Perada

Kain polos yang diberi hiasan motif flora dan fauna dilukis dengan cat perada warna emas. Kain ini umumnya dipakai untuk hiasan pada bangunan suci pada waktu upacara agama dalam bentuk dewa-dewa, pedapa, tabing, tungse, dan sebagai pakaian adat pengantin/pakaian adat khas Bali.



GEDUNG JAMAN PRA SEJARAH (GEDUNG TIMUR)


Pada ruangan ini dipamerkan koleksi berbagai jaman sejarah di Bali yang meliputi sebagai berikut ini, yaitu :


1. Koleksi pada Jaman Prasejarah di Bali dikelompokan menjadi 4 masa, yaitu :

Ø Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana (± 1.000.000 – 200.000 SM). Pada masa ini manusia hidup berpindah-pindah (nomaden) dan mengembara dari suatu tempat ke tempat yang lain. Peralatan yang digunakan untuk berburu dan memotong hasil buruan terbuat dari batu yang dibuat masig sederhana dan kapak yang disebut dengan kapak genggam.

Ø Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut (± 200.000 – 3.000 SM). Manusia mulai mendiami goa-goa untuk dijadikan tempat tinggal mereka yang sederhana.

Ø Masa bercocok tanam (± 30.000 – 600 SM). Taraf kehidupan mulai meningkat dengan mulai merabas hutan untuk bahan pertanian, mendirikan rumah tempat tinggal menetap dan berkelompok. Mereka juga membuat kerajinan anyam-anyaman, gerabah, perahu bercadik untuk berlayar. Alat-alat berupa kapak persegi, beliung persegi, dll.

Ø Masa perundagian (± 600 – 800 SM). Adanya kemajuan seperti ditemuknnya banda-benda dari perunggu yang dibuat teknik melebur biji-biji logam dan dicor untuk peralatan rumah tangga, senjata tajam, perhiasan seperti gelang tangan, gelang kaki, anting-anting, kalung, dan lain-lain. Juga ditemukannya nekara pada masa ini.


2. Koleksi pada Jaman Sejarah di Bali dikelompokan menjadi 3 jaman, yaitu :

Ø Jaman Bali Kuno/Bali mula (± 8.000 – 1.343 M)

Ø Jaman Bali Pertengahan/Bali Aga (± 1.343 – 1.846 M)

Ø Jaman Bali Baru/Bali Anyar (± 1.846 – sampai sekarang)



JAMAN BALI KUNO / BALI MULA


Koleksi ini dipamerkan antara lain berupa Stupa yang berbentuk mini dan Stupa yang terbuat dari tanah liat dan di dalamnya terdapat materai dan tablet yang bertuliskan Huruf Pranagari dan berbahasa Sansekerta yang berbunyi mantra-mantra pujian kepada Sang Buddha.

Ditemukan pula arca dari batu dan perunggu pada masa ini juga cukup banyak, diantaranya merupakan Arca Dewi Taru, Arca Dewi Maduri, dan lain-lain sebagai media penghormatan hidup raja yang telah didewakan. Sistem perdagangan juga telah berlangsung, terbukti dari peninggalan matauang emas, palu, dan kepeng bolong. Juga terdapat bangunan-bangunan suci berupa Candi Gunung Kawi, Goa Gajah, Yeh Puluh, dan lain-lain.

Ditemukan pula Sarkofagus, yaitu peti mayat dari batu yang dipergunakan untuk mengubur jenazah seorang yang memiliki status di masyarakat, seperti kepala suku atau pemimpin masyarakat pada jaman prasejarah atau masa perundagian (± 600 SM – 800 M). Berukuran paling kecil untuk mayat ditekuk 3 diketemukan di Petang, Badung Utara dan di Desa Nongan, Karangasem. Ada 3 ukuran Sarkofagus, ukuran terbesar untuk mayat terlentang, ukuran menengah untuk mayat yang ditekuk 2, dan yang terkecil untuk mayat yang ditekuk 3. begitulah Sarkofagus yang telah ditemukan pada Jaman Bali Kuno.



JAMAN BALI BARU / BALI ANYAR


Jaman ini berawal dari hubungan dagang antara raja-raja Bali dengan Pemerintahan Kolonial Belanda yang berkedudukan di Batavia. Hal ini kemudian berlanjut dengan niat Belanda untuk menguasai Kerajaan Bali. Upaya Belanda kemudian ditentang oleh raja-raja Bali dengan berawalnya Perang Puputan Badung (perang habis-habisan) di Buleleng, Jagaraga Bali Utara (1846), Puputan Badung (1906), dan Puputan Klungkung (1908) yang berakhir dengan kemenangan pihak Belanda.

Setelah dikuasai oleh Belanda, mulai tampak adanya perubahan-perubahan atau pembaharuan yang sangat mendasar antara lain sistem pemerintahan yang sebelumnya kerajaan yang bersifat absolut kemudian menjadi pemerintahan yang bersifat hukum. Sektor pendidikan juga mulai diperlihatkan melalui pelajaran di sekolah-sekolah.



BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN



Museum Bali adalah museum yang menyimpan berbagai macam peningggalan masa lampau manusia dan etnografi di dalamnya. Museum Bali terletak di pusat kota Denpasar. Museum Bali menggunakan arsitektur tradisional dengan ornamen khas Bali. Bentuk bangunannya memanjang dari utara ke selatan yang terbagi menjadi dua bagian. Struktur fisik bangunan-bangunan di Museum Bali ini mengikuti struktur fisik bangunan Kraton (Puri) atau tempat pemujaan (Kahyangan, Pura Merajan) berdasarkan konsep Tri Mandala. Di bagian inti (Jeroan) terdapat bangunan yang terdiri dari tiga gedung, yaitu Gedung Tabanan di sebelah utara, Gedung Karangasem di sebelah tengah-tengah, dan Gedung Buleleng di sebelah selatan. Gedung Tabanan digunakan sebagai tampat pameran koleksi barang-barang kesenian dan etnografi. Gedung Karangasem digunakan sebagai pameran benda-benda prasejarah, arkeologi sejarah, etnografi, dan seni rupa serta beberapa lukisan morder. Sedangkan untuk Gedung Buleleng digunakan sebagai tempat pameran koleksi alat-alat perlengkapan rumah tangga, alat-alat kerajinan, alat-alat pertanian dan nelayan, alat-alat hiburan, patung-patung gaya sedehana dan primitif yang terbuat dari tanah liat, batu, dsb.

Di sini dimaksudkan bahwa, kita seharusnya dapat saling mampu menjaga warisan benda-benda ataupun kebudayaan nenek moyang kita dengan baik walaupun itu sebagaian bisa dibilang tidak utuh lagi. Saya menekankan agar semua pihak ikut serta ke dalam penjagaan atau perwatan benda-benda peninggalan sejarah tersebut dalam rangka kepedulian kita terhadap hasil karya cipta, rasa, dan karsa manusia dari dulu sampai dengan sekarang. Untuk itu perlu kesadaran bersama untuk saling menjaga dan merawat benda-benda peninggalan sejarah purbakala serta melestarikan berbagai kebudayaan nenek moyang kita agar nantinya dapat dirasakan oleh generasi muda selanjutnya.

read more...

Tawarkan Hadiah Uang bagi Pelapor Situs Porno

Pemerintah Cina akan menawarkan hadiah uang tunai yang lebih besar bagi orang yang melaporkan situs porno. Demikian menurut laporan media resmi negara itu, Senin (18/1) lalu.

Pekan lalu pemerintah Cina telah menyerahkan 224 ribu yuan atau setara 32.810 dolar AS sebagai hadiah untuk para pelapor.

Cina sedang melancarkan kampanye melawan apa yang disebut para pejabat sebagai pelarangan gambar-gambar porno yang memunhu internet negara itu dan mengancam kesehatan emosional anak-anak.

Selama periode 4 Desember hingga 15 Januari, Kantor Anti-Pornografi Nasional dan Anti-Publikasi Ilegal bersama dengan pengawas penerbitan, telah menerima lebih dari 90 ribu laporan, menurut Xinhua.

Laman-laman yang ditutup antara lain “Lilax adult community”, Free strongly-emotional films”, dan “Naked chat bar”.

Pihak berwenang sekarang akan menawarkan lebih banyak hadiah untuk mendorong partisipasi aktif masyarakat, kata Xinhua.

Pada 2009, pihak berwenang menutup lebih dari 15 ribu laman pornografi, termasuk 11 ribu layanan WAP telepon genggam, menurut laporan itu.

Dengan jumlah pengguna internet yang diperkirakan mencapai 384 juta orang, Cina memiliki populasi pengguna situs maya terbesar. Namun partai komunis yang berkuasa cemas jika internet menjadi sarana berbahaya yang mengancam citra dan ide-ide.

Gerakan anti-pornografi juga mengincar sejumlah laman yang sensitif secara politis, dalam apa yang dilihat sebagai upaya pemerintah untuk mengendalikan media.

Cina melarang sejumlah besar laman populer dan layanan internet, termasuk Youtube, Google, Twitter, Flickr, dan Facebook.

Google Inc. mengumumkan pekan lalu bahwa pihaknya tidak lagi ingin melanjutkan mensensor pencarian di dunia maya di Cina, dan akan menutup laman google.cn serta kantornya di negara itu, yang memicu ketegangan diplomatik.

read more...